Azan berkumandang bagai permainan harpa para malaikat.
Sahut menyahut, mengisi relung jiwa.
Langit pun mulai dibakar surya,
Merealisasikan warna tak terbayang,
Ungu muda di ujung Barat
dan Biru tua di ujung Timur.
Awan mulai terlihat,
Saling berkejaran ciptakan gelombang halusinasi baru.
Jikalau lelah,
Awan-awan itu selimuti gunung,
Gunung tinggi dan agung yang bersetubuh dengan sawah para petani.
Lama sudah aku singgah di sini.
Namun lama pula aku tak membuka mata pukul segini.
Nikmati senyuman lembut para peri pagi yang berkunjung.
Dan singgahi mimpi tak berujung.
Planet mars pun galau melihat kecantikannya.
Karena bumi hanya ingin lupakan lukanya
Sahut menyahut, mengisi relung jiwa.
Langit pun mulai dibakar surya,
Merealisasikan warna tak terbayang,
Ungu muda di ujung Barat
dan Biru tua di ujung Timur.
Awan mulai terlihat,
Saling berkejaran ciptakan gelombang halusinasi baru.
Jikalau lelah,
Awan-awan itu selimuti gunung,
Gunung tinggi dan agung yang bersetubuh dengan sawah para petani.
Lama sudah aku singgah di sini.
Namun lama pula aku tak membuka mata pukul segini.
Nikmati senyuman lembut para peri pagi yang berkunjung.
Dan singgahi mimpi tak berujung.
Planet mars pun galau melihat kecantikannya.
Karena bumi hanya ingin lupakan lukanya
Comments
Post a Comment