New Live

Jadi.... saya sekarang anak SMK.

Yeah, SMK--Vocational High. Bukan SMA, bukan SMU, bukan pula MAN. Namun SMK. Sekolah Menengah Kejuruan. 

Saya sendiri kaget dengan kekeras kepalaan saya untuk masuk sekolah ini, dan kaget bahwa Ayah kandung saya yang jarang menolak keinginan saya melarang saya masuk SMK. Lebih kaget lagi saya ketika tahu Ayah tiri saya mendukung secara hardcore agar saya masuk SMK.

Tapi setelah banyak hal: pertentangan, dukungan, pertanyaan dan pengambilan keputusan, saya masuk SMK Telkom Sandhykara Putra, yang tentu saja, ada di Purwokerto. Dan, masuk sekolah ini, berarti berpisah dengan dua manusia absurd bernama Jidot dan Tatong, a k a Zida, dan Tata. Selain itu, saya harus mengambil rute lebih jauh daripada yang selalu saya lakukan untuk pergi ke SMP--sehingga, saya malas tidak bisa naik sepeda lagi.

Terlebih lagi, saya akan hidup dengan 341 siswa/i yang, banyak diantaranya, tidak berdomisili di Purwokerto. Atau bahkan bukan penduduk Pulau Jawa. Dan ini membawa saya pada kenyataan bahwa, saya akan bertemu lebih banyak orang yang jauh berbeda dari yang biasa saya ajak bicara, orang yang hidup dengan cara tidak sebiasa saya, orang yang... tidak saya mengerti. Orang yang dibesarkan, dininabobokan, diajarkan, dengan cara yang mirip ataupun yang berebeda sama sekali dengan saya.

Selain itu, for your information, sekolah saya ini memiliki jadwal super padat. Saya memulai jam pelajaran pertama pukul tujuh pagi, seperti sekolah normal lainnya, dan mengakhiri pelajaran paling ujung pada pukul empat sore. Setiap hari saya harus makan 4 supper tiap hari sekolah hanya agar saya dapat tetap mengerjakan tugas yang sering menggunung.

Kurikulum baru yang menurut Ibu saya bagus juga sama sekali tidak membantu saya. Kurikulum 13' yang penuh kontroversi ini lebih sering membunuh saya daripada menyelamatkan karir saya di sekolah ini. Di sekolah ini, Kurikulum 13' digunakan semaksimal mungkin, sehingga, dalam dua semester, 12 bab buku Matematika khusus dari Diknas bisa dihabiskan. Muntah tidak muntah, kami harus menghabiskan santapan menyesakkan ini. Lelah tidak lelah, kami harus mengerjakan tugas kelompok--karena kurikulum baru menggunakan student-center bukannya teacher-center. Mau tidak mau, kami harus cemburu dengan teman kami yang menggunakan Kurikulum baru dengan sedikit asal-asalan.

But still, this school is my own choice. Apapun yang terjadi saya tetap harus menyelesaikan pendidikan setara Sekolah Menengah Umum di sini. Saya harus membunuh ekspetasi Ayah kandung saya bahwa saya hanya akan mati di sekolah ini.

By the way, talking 'bout my school, saya memilih jurusan yang sama dengan pekerjaan Ayah kandung saya: Software engineering. Lucu juga ya, anak gadisnya yang imut ini berkiblat--hanya dalam bersekolah--pada Ayah yang lebih sering hilang daripada ada dan dia sendiri malah menolak gagasan saya, menolak pilihan saya, menolak keinginan saya. *mulai ngawur*

Back to the topic, SMK, saya ingin mengkomparasikan sedikit sekolah saya dengan SMA. Agar tidak menimbulkan kontroversi sepanas Kurikulum baru, saya sebut SMA Negeri yang saya komparasikan dengan SMAN X.

Pelajaran Teknologi Informatika dan Komputer (TIK):
SMK: Sekolah saya berbasis IT, akan sangat lucu kalau pelajaran TIK dihilangkan, sehingga, dimasukanlah pelajaran TIK yang disebut sebagai KPPI ke dalam pelajaran produktif*

SMAN X: Dari mata-mata saya di sebuah SMA negeri, saya dengar TIK diganti dengan peljaran bernama Kewirausahaan. Di SMK, saya juga memiliki subject Kewirausahaan (Kwu), namun keduanya completely different. Kewirausahaan SMAN X adalah pelajaran TIK yang diganti namanya menjadi Kewirausahaan dan Kwu SMK adalah pelajaran asli untuk menyiapkan murid menjadi wirausahawan.

Buku Kurikulum Baru yang digunakan:
SMK: Untuk mata pelajaran Bahasa Indonesia, Sejarah (IPS) dan Matematika, sekolah saya menggunakan buku khusus dari Diknas. Mereka dengan sangat niat mencetak buku elektronik tersebut ke bentuk fisik sebanyak 38. Kekurangan dari buku ini hanyalah banyaknya bab yang harus kami pelajari.

SMAN X: Dari suara angin dan burung di pohon mangga, saya dengar buku yang digunakan murid SMAN X adalah buku yang diterbitkan oleh Yudhistira dan kawan-kawannya, bukan menggunakan buku dari Diknas. Bahkan ada kalanya ketika murid SMAN X pergi ke toko buku, mereka masih mencari dengan liarnya buku kurikulum baru pada mata pelajaran tertentu. 
Menurut pengakuan kadal pohon pula, saya dengar banyak bab yang mereka pelajari dalam satu semester hanya tiga atau empat, tidak seperti saya dengan enam bab untuk dihabiskan.

BP/BK:
SMK: Dalam penggunannya, di sekolah saya, BP/BK bertugas untuk memberi nasihat-nasihat kecil dalam masalah kecil yang menimpa murid, dan menemukan pekerjaan yang diinginkan oleh murid-murid cukup umur (baca: murid kelas XII). Guru yang sebenarnya di takuti oleh para murid adalah Guru Kedisiplinan. Mereka menyalahkan yang salah dan menjadikan contoh yang benar, menggalaki mereka yang tidak berlaku baik dan menyayangi mereka yang menghormati buku saku peraturan sekolah. Namun, dalam hirearki guru, mereka semua setara.

SMAN X: Pada kedatangan kodok yang terakhir kali, aku mendapat informasi bahwa guru BP/BK sama menakutkannya dengan guru biasa yang tidak akan segan-segan membentak anak yang salah. Di depan umum. Di depan guru lain. Yang pasti kalau anak itu sudah melebihi batas kesalahan anak SMA pada umumnya, tentu saja.

Karena capek mengetik tulisan ini tidak akan berakhir bila saya terus menerus menceritakan kehidupan baru saya, saya sudahi dulu post mengenai sekolah dan kehidupan baru saya ini.

Doakan saya dalam menempuh hidup baru ya...

*Pelajaran Produktif adalah pelajaran yang hanya dimiliki oleh murid suatu jurusan dari setiap SMK dengan cara penilaian akhir semester yang berbeda dari Pelajaran Normatif dan Adaptif

Comments

Popular posts from this blog

Diplomasi Era Hayam Wuruk

Filler 2: Depression/Bipolar Disorder

Pembangunan Non-Blok Indonesia